Senin, 04 Juli 2011

asuhan keperawatan nyeri kepala migrein


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Migren merupakan salah satu keluhan nyeri kepala yang banyak dijumpaidi masyarakat. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkanrasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupansehari-hari. Migren dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti stres,perubahan hormon, makanan, faktor fisik, dll. 
Migrain atau nyeri kepala sebelah adalah salah satu penyakit yang diperkirakan diderita oleh 25% wanita dan 10% pria di seluruh dunia. Secara statistik, wanita tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki dan lebih banyak diderita orang dewasa di usia 20 hingga 50 tahun. Seiring pertambahan usia, tingkat keparahan dan frekuensinya pun ikut menurun. Dari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 jutapenduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapatterjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun danangka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren tanpa aura umumnyalebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase sebanyak 90%. 

1.2 Rumusan Masalah
1.1.1   Apa definisi dari Migren?
1.1.2   Apa saja klasifikasi dari Migren?
1.1.3   Apa saja etiologi dari Migren?
1.1.4   Bagaimana patofisiologi dari Migren?
1.1.5   Bagaimana manifestasi klinik dari Migren?
1.1.6   Bagaimana penatalaksanaan dari Migren?
1.1.7   Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Migren?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum: Untuk memenuhi tugas sistem neurobehavior yang berupa makalah Nyeri Kepala Migren.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1.3.2.1 Untuk mengetahiu pengertian dari Migren.
1.3.2.2 Untuk mengetahui klasifikasi dari Migren.
1.3.2.3 Untuk mengetahui penyebab dari Migren.
1.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari Migren.
1.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Migren.
1.3.2.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Migren.
1.3.2.7 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Migren.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi institusi        :  Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan
1.4.2 Bagi pembaca        : Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari Migren tersebut.
1.4.3 Bagi penulis           :Terpenuhinya tugas sistem neurobehavior yang berupa makalah Migren.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
            Migrain atau sering juga disebut sakit kepala atau pusing sebelah adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus. Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang hampir sama dengan gejala migrain. Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.
2.2 Klasifikasi Migren
1. Migrain Biasa: Kebanyakan penderita migrain masuk ke dalam jenis ini. Migrain biasa ditandai dengan nyeri kepala berdenyut di salah satu sisi dengan intensitas yang sedang sampai berat dan semakin parah pada saat melakukan aktifitas. Migrain ini juga disertai mual, muntah, sensitif terhadap cahaya, suara, dan bau. Sakit kepala akan sembuh dalam 4 sampai 72 jam, sekalipun tidak diobati.
2. Migrain Klasik: Pada jenis klasik, migrain biasanya didahului oleh suatu gejala yang dinamakan aura, yang terjadi dalam 30 menit sebelum timbul migrain. Migrain klasik merupakan 30% dari semua migrain.

2.3 Etiologi
                Bagi pasien dengan migren yang menahun, sering berulang, sebaiknya mencari faktor pencetus serangan. Beberapa faktor yang dapat mencetuskan migren adalah : kurangnya jam tidur, terlalu banyak tidur ( di akhir pekan saat anda libur tidak bekerja ), saat menstruasi, adanya cahaya yang berlebih, suara yang terlalu bising, dan hipoglikemia ( misalnya : saat anda telat makan ). Beberapa obat dapat pula mencetuskan serangan migren ini seperti : nitrat, klorokuin, obat kontrasepsi, indometasin , Alkohol dan makanan tertentu yang mengandung tyramine, nitrate , monosodium glutamat , dsb . Contoh makanan yang mengandung vasoactive amines ( tyramine dan b-phenylethylamines ) adalah : keju, coklat, kacang-kacangan, jeruk sitrus, bawang merah. Contoh makanan yang mengandung nitrat : daging ham, saus, hot dog, daging. Contoh makanan yang mengandung monosodium glutamat : makanan dengan penyedap/ vetsin yang banyak misalnya pada masakan cina, saus, beberapa makanan kaleng.
2.3 Patofisiologi
            Mekanisme dasar bagi korteks serebri untuk menghindari kerusakan organ ialah dengan mengurangi pasokan darah menuju otak, sehingga akan terjadi perubahan diameter pembuluh darah otak, yang bermanifestasi sakit kepala akibat perubahan vaskular tersebut. Secara klinis, sakit kepala dibagi menjadi dua kategori; sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer terjadi tanpa kerusakan organ (etiologi struktural), misalnya sakit kepala vaskular (migren), cluster headache, tension headache, dan sakit kepala akibat penggunaan obat yang berlebih. Sedangkan sakit kepala sekunder terjadi karena adanya kerusakan struktural atau organik. Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di perfier otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami pelebaran sehingga akan teraba denyut jantung. Pelebaran ini akan menstimulasi orang sadar yang diterjemahkan sebagai sakit kepala. Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor (misalnya golongan senyawa ergot) akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator (misalnya nitrogliserin) akan memperburuk sakit kepala.
            migren dengan aura juga telah diketahui dengan baik, dikenal dengan teori cortical spreading depression (CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia nigra yang menyebar dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi. Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan Kalium atau asam amino glutamat eksitatori dari jaringan saraf sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan neurotransmitter lagi, depresi saraf pun menyebar.

CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya migren. Pada migren tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian menginisiasi migren. Nervus trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk dilatasi. Hasilnya, senyawa-senyawa neurokimia seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat, terjadilah inflamasi steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular. Selain CSD, migren juga terjadi akibat beberapa mekanisme lain, di antaranya aktivasi batang otak bagian rostral, stimulasi dopaminergik, dan defisiensi magnesium di otak. Mekanisme ini bermanifestasi pelepasan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat vasokonstriktor. Pemberian antagonis dopamin, misalnya Proklorperazin, dan antagonis 5-HT, misalnya Sumatriptan dapat menghilangkan migren dengan efektif.

2.5 Manifestasi Klinik
1. Gejala Awal: Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal seperti lemah, menguap berlebih
2. Nyeri Kepala: Sakit kepala migren sering digambarkan sebagai sebuah sakit kepala yang hebat, berdenyut dan menyerang kepala pada satu sisi. Kadang kadang sakit dirasakan di dahi, sekitar mata dan dibelakang kepala sehingga mengaburkan gejala dengan sakit kepala yang lain. Walau sebagian besar migren menyerang pada satu sisi kepala, namun sering juga dijumpai gejala migren pada kedua sisi kepala. Sisi kepala yang terserang migren pun sering bergantian pada setiap kali serangan. Hati hati bila sisi kepala yang terserang selalu sama, kemungkinan lain adalah terjadinya suatu tumor otak. Penderita migren sering tersiksa dalam melakukan aktifitas sehari hari terutama saat serangan terjadi.
3. Gejala lain: Gejala lain yang menyertai migren antara lain, mual, muntah, diare, wajah pucat, kaki tangan dingin, serta penderita akan sensitif terhadap cahaya dan suara. Akibat terjadinya peningkatan sensitifitas terhadap cahaya dan suara maka penderita migren harus berbaring di ruangan yang sepi dan gelap. Serangan migren biasanya akan mereda dalam 4 sampai 72 jam.
4. Gejala akhir: Gejala Akhir: Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas, atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala.

2.6 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Pengobatan tanpa obat biasanya dilakukan untuk meringankan gejala migren dan untuk pencegahan. Relaksasi dipercaya mampu mencegah timbulnya serangan migren bila dilakukan saat gejala pendahuluan. Jika memungkinkan, tidur merupakan obat yang paling mujarab. Untuk mencegah timbulnya migren, pasien dapat dimotivasi untuk mengubah pola hidup yang selama ini dicurigai dapat mencetuskan timbulnya migren. Hal ini termasuk menghentikan kebiasaan merokok, menghindari makanan yang banyak mengandung tiramin seperti keju, hindari pula makanan yang mengandung nitrat tinggi seperti kacang kacangan. Selain itu harus segera melakukan apa yang disebut pola hidup sehat seperti makan makanan yang bergizi, minum yang cukup, tidur yang cukup, dan olah raga yang teratur.
2. Farmakologi
Penderita migren yang ketika serangan terjadi tidak terlalu mempengaruhi aktifitasnya sehari hari cukup diberikan obat penghilang nyeri (analgetik) yang banyak dijual di warung warung. Walaupun demikian, penggunaan obat ini harus selalu memperhatikan aturan pakai yang tertera di bungkus obat tersebut guna mencegah hal hal yang tidak diingini.
Terdapat dua golongan obat analgetik yang umum digunakan yaitu Acetaminophen (Paracetamol) dan NSAID atau Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs. Obat NSAID dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu aspirin dan non-aspirin. Yang termasuk ke dalam golongan NSAID non-aspirin antara lain ibuprofen dan naproxen. Beberapa jenis dari obat NSAID ini dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter. Selain untuk migren, obat NSAID juga digunakan untuk mengobati radang sendi, radang tendon dan lain lain.
Acetaminophen atau paracetamol bekerja di pusat nyeri otak untuk mengurangi rasa nyeri dan demam. Acetaminophen mempunyai efek samping yang sangat minim terutama pada lambung bila dibandingkan dengan obat NSAID. Meskipun demikian, bila digunakan secara serampangan dan melebihi dosis yang dianjurkan, acetaminophen dapat menyebabkan kerusakan hati yang lumayan berat. Pada pasien yang suka minum alkohol, acetaminophen dapat menyebabkan kerusakan hati walau diberikan pada dosis yang rendah. Kesimpulannya, selalulah membaca aturan pakai obat yang tertera di label obat untuk mencegah keracunan atau kelebihan dosis.
Obat NSAID mengurangi nyeri dengan cara mengobati reaksi inflamasi yang menyebabkan terjadinya nyeri. Obat ini disebut non steroid karena memang berbeda dari obat steroid walaupun sama sama mempunyai efek mencegah terjadinya reaksi inflamasi. Obat obat yang termasuk ke dalam golongan steroid (kortikosteroid) tidak dipergunakan karena mempunyai efek samping yang kurang bagus bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Efek samping ini tidak ditemukan pada obat NSAID.
Untuk mengobati sakit kepala, beberapa dokter menggunakan kombinasi antara aspirin, acetaminophen, dan kafein. Ketiga obat ini mempunyai efek sinergis untuk meringankan gejala sakit kepala.

           







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2. Riwayat Penyakit sekarang :
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sakit kepala sebelah.
4. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
5. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
6. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik.



3.2 Diagnosa Keperawatan
            1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan TIK
2. Isolasi sosial : Menarik diri Berhubungan dengan konsep diri harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah Berhubungan dengan koping individu tidak efektif
4. Gangguan pola tidur Berhubungan dengan ansietas
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan TIK
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
5. Observasi TTV tiap 24 jam
6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan kepala yang bertambah dengan posisi telentang
5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

2. Isolasi sosial : Menarik diri Berhubungan dengan konsep diri harga diri rendah
Tujuan: Klien dapat Berhubungan dengan orang lain secara optimal
Intervensi
  1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi Therapeutik
  2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
  3. Utamakan memberi pujian yang realistik
  4. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
  5. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat digunakan / dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
  6. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
  7. Beri pujian atas keberhasilan klien
  8. Beri pendidikan kesehatan dan bantu keluarga memberikan dukungan pada klien

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah Berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Tujuan: Klien dapat memperlihatkan peningakatan harga diri yang dibuktikan dengan mengekspresikan secara verbal aspek – apek positif dirinya.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
b. Gali mekanisme koping yang digunakan klien dimasa lalu
c. Tunjukkan akibat maladaptif dari koping yang digunakan
d. Dorong klien untuk menggunakan respon koping yang adaptif
e. Tawarkan beberapa alternatif koping yang dapat dilakukan
f. Bantu klien untuk memilih koping adaptif
g. Bantu klien dalam menggunakan koping yang adaptif
4. Gangguan pola tidur Berhubungan dengan ansietas
Tujuan: Klien mampu tidur 6 – 8 jam tanpa terputus tanpa bantuan obat
Intervensi
a. Gali penyebab ansietas
b. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab ansietasnya
d. pantau pola tidur klien
e. kaji tingkat aktifitas klien
f. kaji gangguan pola tidur yang langsung Berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu
g. berikan lingkungan yang tenang dengan tingkat stimulus yang rendah
h. sebelum tidur berikan tindakan keperawatan yang mendukung tidur seperti minum hangat dan latihan relaksasi
i. cegah minuman yang mengandung kafein seperti the, kopi dan cola
j. berikan obat – obatan penenang sesuai yang diprogramkan














BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Migren merupakan salah satu keluhan nyeri kepala yang banyak dijumpaidi masyarakat. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkanrasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupansehari-hari. Migren dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti stres,perubahan hormon, makanan, faktor fisik, dll. 
Migrain atau nyeri kepala sebelah adalah salah satu penyakit yang diperkirakan diderita oleh 25% wanita dan 10% pria di seluruh dunia. Secara statistik, wanita tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki dan lebih banyak diderita orang dewasa di usia 20 hingga 50 tahun. Seiring pertambahan usia, tingkat keparahan dan frekuensinya pun ikut menurun. Dari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 jutapenduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapatterjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun danangka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren tanpa aura umumnyalebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase sebanyak 90%. 

4.2 Saran
            Untuk meminimalisir dan mencegah migren hendaknya kita selau menjaga pola hidup kita secara sehat. Penguatan mekanisme koping dalam menahan laju stressor hendaknya harus kita pertebal agar kita terhindar dari migren.




DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Guyton, C. Arthur, (1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Missisipi; Departemen of Physiology and Biophysis. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit FKUI, Jakarta.

Long, Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Ana Budi Kelliat, 1984, Asuhan keperawatan gangguan kognitif, EGC,    Jakarata